Saturday, October 17, 2015

DIMANA IDEALISMEMU KAK???

Ini merupakan kutipan dari judul koran kampus terkemuka di kota makssar sekitar awal tahun 2005 (kalau tidak salah). 

Sebagai seorang mahasiswa yang masih panas-panasnya dengan doktrin idealisme mahasiswa yang konon katanya merupakan agen perubahan dan sosial kontrol,  serta calon pemimpin masa depan, tentunya menarik untuk dibaca hingga tuntas.
Inti dari tulisan dalam koran kampus tersebut  meceritakan pengakuan/curhatan salah seorang mahasiswi dari fakultas FISIPOL. Pengakuan tersebut diawali dengan cerita awal dia masuk ke salah satu jurusan di fakultas tersebut (tahun 2001) ketika mulai mengikuti berbagai pengkaderan yang di lakukan oleh senior-seniornya. Tahun 2001 masih terasa panas-panasnya pergerakan mahasiswa pasca '98 yang baru tiga tahun berlalu. hal ini menyebabkan dia juga larut ikut dalam kegiatan-kegiatan pergerakan kemahasiswaan, bisa dikatakan menjadi aktivis mahasiswa. 


Dalam lingkaran pergaulan dengan sesama aktivis kampus dia ternyata sangat mengagumi salah satu seniornya angkatan '99 yang  menjadi mentor mereka dalam organisasi kampus. Kekagumananya terhadap sosok seniornya ini karena melihat kegigihannya dalam pergerakan kemahasiswaan, selalu mendoktrin junior-juniornya tentang idealisme mahasiswa dan pergerakan mahasiswa, pembelaan terhadap pedagang-pedagang pinggir jalan, korban penggusuran, pembelaan terhadap rakyat-rakyat kecil yang mengalami ketidak adilan, sering berdemo tentang anti korupsi, dan berbagai kritik tentang kebijakan pemerinta baik pusat maupun daerah yang tidak berpihak kepada rakyat kecil.

Di mata mahasiswi tersebut, seniornya ini merupakan sosok laki-laki ideal dan tentunya merupakan calon suami impiannya kelak kalau menikah. Singkat cerita mahasiswi ini berpacaran dengan seniornya tersebut. Mereka saling mencintai satu sama lain dan sudah mempunyai mimpi tentang masa depan mereka berdua. Hubungan mereka selama ini tetap dalam batas-batas kewajaran hingga pada suatu saat karena keseringan berdua di kamar kost terjadilah peristiwa yang seharusnya terjadi setelah mereka menikah. Pada saat itu meskipun dengan sedikit penyesalan si mahasiswi tersebut tidak terlalu mempermasalahkannya sebab dia melakukan dengan orang yang sangat dicintainya dan mencintainya juga dan pastinya akan bertanggungjawab serta menikahi dia nantinya(seperti mimpi mereka).

Setelah beberapa bulan kemudian mahasiswi tersebut ternyata mengetahui bahwa dia telah berbadan dua(hamil), dia langsung memberitahu kekasihnya tersebut. Sang kekasih menenangkan dia bahwa dia akan bertanggungjawab, dan si mahasiswi tersebut bisa tenang karena dia sangat percaya bahwa kekasihnya adalah seorang pria yang pastinya bertanggungjawab.

Setelah sekian lama dan perutnya semakin membesar, tanda-tanda bahwa kekasihnya akan bertanggungjawab dan menikahinya tidak terlihat. Si mahasiswi tersebut mulai mendesak pacarnya(seniornya) tersebut untuk segera menikahinya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Namun seperti petir di siang bolong bagi mahasiswi tersebut ketika pacarnya malah menyuruh dia menggugurkan kandungannya dengan alasan belum siap berumah tangga karena masih muda dan ingin mengejar karir dan cita-citanya dan berbagai alasan yang tentunya ingin lari dari tanggungjawab.

Maka hancurlah hati mahasiswi tersebut bersama dengan hancurnya kepercayaan terhadap doktrin-doktin idealisme mahasiswa dan pergerakan mahasiswa yang di agungkan oleh seniornya tersebut, bahkan dia juga mulai meragukan tentang sebagian besar aktivis pergerakan mahasiswa, baik aktivis yang sudah berhasil menurunkan rezim soeharto, maupun aktivis tahun-tahun sebelum itu yang mungkin kini telah menjadi pejabat-pejabat pemerintah maupun anggota perlemen. Hingga dalam kekecewaannya tersebut dia menyempatkan menulis pengakuannya tentunya dengan nama disamarkan dalam koran kampus yang akhirnya saya pun membacanya.

Pelajaran dan kritik besar yang bisa diambil dari kisah mahasiswi tersebut dapat menjadi perenungan besar bagi kita semua. Konsep idealisme apapun itu bukan hanya dijadikan kharisma dan pencitraan tetapi lebih dari itu biarlah lebih baik kita membangun karakter, sebab karakter lahir dari dalam dan pastinya cepat atau lambat akan terpancar keluar dan "berkharisma". Sehingga ada kutipan " kharisma akan mambawamu sampai ke puncak namun karakterlah yang akan mejagamu tetap di sana"

Hal ini juga menjadi sorotan bagi para aktivis yang selalu menyuarakan perubahan, kritik sosial namun mereke tidak menghormati orang tua mereka di rumah, masih menyontek ketika ujian apapun alasannya, masih memelihara budaya copy paste jika mendapatkan tugas dari dosen, tidak menghormati dosennya di kampus, mabuk-mabukan di kapus, buang sampah sembarangan, dan tentunya aktivis yang seperti cerita saya di atas yang tidak menjaga kesucian pasangannya dan lebih parah tidak mau bertanggung jawab terhadap perbuatannya dengan berusaha menggugurkan kandungan pacarnya tersebut. Berapa banyak tingkat aborsi yang dilakukan mahasiswa yang ada di indonesia? tentunya bukan rahasia umum lagi. Idelaisme tentunya harus di bangun mulai dari rumah(keluarga), lingkngan rt/rw dan sekitarnya, pergaulan, yang intinya dimulai dari hal-hal yang kecil.



Bagaimana mungkin akan menjadi pemimpin  bagi bangsa ini jikalau kita sudah tidak bertanggung jawab pada hal-hal kecil misalnya hal-hal yang disebutkan sebutkan di atas atau hal-hal kecil (positif) lainnya? dan bagaimana mungkin kita akan menjadi pembela masyarakat jika orang yang terdekat (pacar/keluarga) kita khianati, dicampakan dan tidak bertanggungjawab? 



Terlepas dari cerita di atas, masih banyak pula aktivis yang benar-benar masih memiliki idealisme yang murni dan berprestasi di kampus dan anak yang berbakti pada orang tua, namun dari yang saya pernah temui lebih banyak aktivis mahasiswa dengan idealisme "semu".

0 komentar:

Post a Comment